Presiden Brasil Luiz Ignacio da Silva, Minggu (19/4), mengatakan, ia gembira dengan kemajuan dalam hubungan AS dengan Venezuela dan Kuba, yang dicapai selama Pertemuan Puncak Kelima Negara Amerika.
"Marilah bersifat terbuka, setiap orang sebelumnya menduga (Presiden Venezuela Hugo) Chavez dan (Presiden Amerika Barack) Obama akan saling menyerang. Apa yang terjadi? Sangat bertolak-belakang," kata Lula pada suatu taklimat tak lama setelah berakhirnya pertemuan puncak tersebut.
"Chavez mengatakan tak cukup hanya menjadi mitra dagang Amerika Serikat. Ia sesungguhnya ingin menjadi teman Amerika Serikat."
Lula juga mengingat upayanya dalam beberapa tahun belakangan untuk menengahi gencatan senjata antara mantan presiden George W Bush dan Presiden Venezuel Hugo Chavez.
"Saya berusaha beberapa kali untuk mengatur pertemuan antara Chavez dan Bush. Itu tak mungkin dilaksanakan karena Chavez yakin Bush yang merencanakan upaya kudeta terhadap dirinya," kata Lula. Ia merujuk kepada upaya kudeta yang gagal pada 2002 di Venezuela.
"Kalau Chavez memiliki masalah serius pada era Bush, semua itu dapat berubah pada era Obama," kata Lula.
Selama pertemuan puncak itu, Obama dan Chavez berjabat tangan dan Presiden Venezuela tersebut memberikan kepada Presiden AS itu satu buku karya Eduardo Galeano berjudul The Open Veins of Latin America: Five Centuries of the Pillage of a Continent.
Mengenai masalah Kuba, Lula kembali mengatakan ia percaya itu adalah pertemuan Amerika terakhir tanpa kehadiran Kuba. Soalnya, jalan tengah dirintis bagi dialog langsung antara Kuba dan Amerika Serikat.
"Jika Obama menunjuk seseorang untuk berunding dengan Kuba, sebagaimana yang ia lakukan guna berunding dengan Iran, dengan mengirimkan seseorang untuk berunding secara sungguh-sungguh, keadaan akan berkembang," katanya.
"Dari Patagonia sampai Mexico, seluruh benua ini mendukung masuknya Kuba ke dalam pertemuan puncak ini. Tak ada lagi penjelasan bagi pengucilan Kuba," kata Lula.
Pemimpin Brasil tersebut menekankan ia percaya hasil pertemuan puncak itu sangat postif. "Saya banyak berkeliling benua ini dan terus-menerus melakukan pertemuan. Saya mesti mengatakan situasi politik pertemuan ini sangat baik."
"Marilah bersifat terbuka, setiap orang sebelumnya menduga (Presiden Venezuela Hugo) Chavez dan (Presiden Amerika Barack) Obama akan saling menyerang. Apa yang terjadi? Sangat bertolak-belakang," kata Lula pada suatu taklimat tak lama setelah berakhirnya pertemuan puncak tersebut.
"Chavez mengatakan tak cukup hanya menjadi mitra dagang Amerika Serikat. Ia sesungguhnya ingin menjadi teman Amerika Serikat."
Lula juga mengingat upayanya dalam beberapa tahun belakangan untuk menengahi gencatan senjata antara mantan presiden George W Bush dan Presiden Venezuel Hugo Chavez.
"Saya berusaha beberapa kali untuk mengatur pertemuan antara Chavez dan Bush. Itu tak mungkin dilaksanakan karena Chavez yakin Bush yang merencanakan upaya kudeta terhadap dirinya," kata Lula. Ia merujuk kepada upaya kudeta yang gagal pada 2002 di Venezuela.
"Kalau Chavez memiliki masalah serius pada era Bush, semua itu dapat berubah pada era Obama," kata Lula.
Selama pertemuan puncak itu, Obama dan Chavez berjabat tangan dan Presiden Venezuela tersebut memberikan kepada Presiden AS itu satu buku karya Eduardo Galeano berjudul The Open Veins of Latin America: Five Centuries of the Pillage of a Continent.
Mengenai masalah Kuba, Lula kembali mengatakan ia percaya itu adalah pertemuan Amerika terakhir tanpa kehadiran Kuba. Soalnya, jalan tengah dirintis bagi dialog langsung antara Kuba dan Amerika Serikat.
"Jika Obama menunjuk seseorang untuk berunding dengan Kuba, sebagaimana yang ia lakukan guna berunding dengan Iran, dengan mengirimkan seseorang untuk berunding secara sungguh-sungguh, keadaan akan berkembang," katanya.
"Dari Patagonia sampai Mexico, seluruh benua ini mendukung masuknya Kuba ke dalam pertemuan puncak ini. Tak ada lagi penjelasan bagi pengucilan Kuba," kata Lula.
Pemimpin Brasil tersebut menekankan ia percaya hasil pertemuan puncak itu sangat postif. "Saya banyak berkeliling benua ini dan terus-menerus melakukan pertemuan. Saya mesti mengatakan situasi politik pertemuan ini sangat baik."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar